Berhubung gue udah baca novel dan
nonton filmnya 5cm, jadi judul kali gue kasih judul 0,5cm. kenapa? Gak usa
Tanya gue juga gak tau. Cerita gue kali ini terjadi ketika gue masih
imut-imutnya, yaitu waktu masih kelas 1 SMA.
Cerita ini adalah pengalaman paling mengesankan dan gak bakal terluapakan. Ini cerita tentang petualangan, jadi kalo yang dari awal pengen baca cerita telenofela mending jangan di terusin.
Cerita ini adalah pengalaman paling mengesankan dan gak bakal terluapakan. Ini cerita tentang petualangan, jadi kalo yang dari awal pengen baca cerita telenofela mending jangan di terusin.
15:00 WIB. Jumat pulang sekolah di
secretariat madaspala, organisasi pecinta alam di sekolah gue. Tiba-tiba datang
senior angkatan lama yang nawarin buat naik gunung dan gue adalah salah satu
orang yang di tawarin buat ikut. Setelah gue di desek buat ikut, akhirnya gue
mikir dulu dan bilang kalo gue di ijinin orang tua gue bakal ikut. Cobak buat
sms bapak yang isinya “ aku mau di ajakin naik gunung, boleh gak?” dan
jawabannya lansung singkat, padat dan jelas “yaudah pokoknya hati-hati”. Buset dah, kayaknya gak sayang banget gitu
sama anaknya, padahal gue pengen beliau jawab “jangan! entar kalo ada apa-apa
gimana?” eh malah jawabnya santai gitu.
Gak tau gue harus bersyukur atau
malah bersedih punya orang tua kayak beliau. Sebagai anak gue ngerasa gagal,
gimana enggak? Naik gunung taruhannya nyawa tapi Cuma bilang “yaudah ati-ati”,
Kok kayaknya gak sayang gitu ya. Tapi
memang seperti itu karakter beliau, mereka membebaskan anaknya sebebas-bebasnya
asal tau aturan mainnya, that’s my parents.
Ok lanjut, pulang sekolah gue gak
lasung pulang tapi lansung ambil tas carier di temen gue dan beli semua perbekalan
yang di butuhin. Gue naik gunung Cuma makek kaos, jaket pinjeman, sandal
pinjeman, dan bawahan coklat pramuka seragam sekolah, kerenkan? Bagi gue itu
keren. Gue gak naik sendirian *yaiyalah gue naik berlima 3 cowok dan 2 cewek.
Gue kasih rincian siapa aja yang
ikut dalam petualangan ini. Yang pertama ahmad hisyam: ganteng, kurus, keren
dan itu gue, Gak usah protes!. Yeng kedua M Alif Alinsani: dia sahabat gue
sejak dalam kandungan tapi di pertemukan kembali waktu SMA. Dyah Setyomartani
(dini): cewek tapi kekuatannya kayak cowok, sumpah kekuatan fisiknya bagus
banget. Dian Fortun : fisiknya sama kayak cewek rata-rata tapi dia penghibur
disepanjang jalan, dan kakak kelas gue. Dan yang terakhir namanya Zulfin Dano
siapa gitu, gue lupa tapi panggilannya sapi: dia paling senior di antara kita
semua, dia 2 tahun di atass gue dan badannya aatletis gitu.
17:30 WIB. Perjalanan di mulai!
Angkat-angkat tas yang beratnya hampir sama dengan berat badan gue dan sumpah
berat banget. kita berlima berdiri di depan sekolah buat nunggu angkot yang
bisa bawa kita ke gunung tersebut. Setelah naik dan menempuh perjalanan yang
kira-kira 1,5 jam lamanya kita sampai di sebuah desa yang lumayan terpencil,
signal hp aja gak ada lo. Oh iya lupa kita angkotnya bayar dobel, kata supirnya
karena tasnya memakan tempat, sial bangetkan. Setelah istirahat sejenak,
packing barang bawain lagi, dan makan malam sekalin jamak sholat magrib dan
isak.
21:00 WIB. Kita berangkat naik, yap
kita memang memilih perjalanan malam agar tidak terlalu capek dan lebih cepat.
Berdoa, ngecek barang bawaan lagi dan bismillah. Kita berangkat dengan formasi
cewek di tengah dan bergantian siapa
yang menjadi di depan. Berhubung malam jadi jalannya gak keliatan dan terpaksa
kita semua terpaksa menggunakan senter untuk penerangan. Pejalanan awal masih
sangat santai, mungkin karena tanahnya masih landai dan pohon-pohon masih
renggang. Oh iya rombongan kita juga ketemu senior yang ngajak kita pertama
kali di tengah perjalanan. Tapi kita gak serombongan jadi kita misah dan janjian buat ketemu di
puncak bayangan, tempat istirahat, dan bisa di bilang pos sebelum puncak.
23:00 WIB. Semua terlihat lelah
ketika dingin gunung di malam hari mulai datang. Kepala tetap menunduk di bantu
cahaya senter di atas kepala. Jalan, jalan dan jalan Cuma itu itu yang bisa di
lakukan gak tau sudah berapa km kita jalan kaki, sudah berapa meter ketinggian
kita, yang ada di pikiran kita Cuma 1 “cepat sampai doong!”. Gue akuin gue
mulai putus asa, jangan pikir gue uda pengalaman naik gunung. Ini pengalaman
pertama gue naik gunung, beda sama yang lain yang sudah sekali atau beberapa
kali. Tapi gue gak peduli pokoknya gue harus sampai atas.
01:00 WIB. Puncak bayangan di depan
mata, ini adalah tanah datar pertama yang bisa buat istirahat dan tidur, semua
mulai mengeluarkan peralatan buat tenda, dan masak air buat bikin kopi.
Setengah jam kemudian kopi sudah matang, tenda sudah berdiri. Berhubung
tendanya gak sepadan sama jumlah orangnya jadi mau gak mau harus ada yang tidur
di luar, dan gue sama alif yang di korbanin, mampus. Jadi gue sama Alif tidur
di luar dan Cuma kaki kita yang masuk ke tenda, kasian bangetkan. Semua
tertidur lelap kecuali gue, entah kenapa malam itu gue gak bisa tidur. Tapi
mungkin malam itu cuma gue yang beruntung, karena cuma gue yang bisa nikmatin
lukisan langit malam itu. Entah lo bilang lebay atau gimana terserah, yang
penting langit malam itu adalah langit tercantik yang pernah gue liat,
bintangnya, awan tipisnya, dan dinginnya serasa pas banget. mungkin ini yang
selalu senior gue bilang “ cara menikmati hidup yang sesungguhnya adalah keluar
dari kenyamanan dan kembali ke alam” dan itu benar terbukti.
03:00 WIB. Semua bangun, kecuali
gue kan gue gak tidur. Packing lagi, pemanasan sedikit dan berangkat. Ini
adalah medan terberat di gunung ini. Jalan lagi, jaraknya gak terlalu jauh
mungkin tinggal 3-5km lagi tapi 200 menuju puncak medannya sangat curam dan
mengharuskan para pendaki untuk merangkak. 2km pertama masih biasa saja
walaupun jalannya sudah naik banget, tapi semua itu berubah ketika Negara api
menyerang, bercanda *krik.
Gue jadi inget lagu yang judulnya “Gie” dilagu
itu ada sebuah lirik yang bunyinya “berbgi waktu dengan alam, kau akan tau
siapa dirimu yang sebenarnya” dan bener banget apa yang di bilang sama Soe Hok
Gie dalam lagu ini. Lo bakal tau diri lo kayak gimana kalo lo naik gunung. Gue
baru tau kalau gue pemarah, alif yang tadinya sepanjang perjalanan terus
bercanda sama gue tiba-tiba jadi diem dan marah-marah, dian yang tadinya ceria
tiba-tiba jadi orang yang sukanya ngeluh dan pemarah, dini yang diam jadi lebih
diam dan zulfin yang badannya kekar kayak homo-homo di mall jadi suka
marah-marah. Lo bakal tau sifat teman-teman lo yang sebenarnya, mungkin karena
badan yang terlalu capek menyebabkan otak gak bisa berppikir dengan jernih
lagi.
2km lagi. Zulfin sebagai orang yang
paling berpengalamn di gunung meutuskan untuk beristirahat, gue tau dia
kelelahan banget, wajahnhya memerah dan badanyya mulai memucat. Di tempat istirahat
itu kita diskusi karena Zulfin terlalu drop buat nerusin pendakian lagi. Dan di
ambil keputusan bahwa tas Zulfin gue yang bawain dan tas gue dia yang bawain.
Emang si, diantara kita emang tas dia yang paling berat karena isinya tenda,
nesting (alat buat masak), beras dan barang berat lainnya. Ok gue siap!. Zulfin dan Dini di depan terus dian di belakang
mereka dan gue sama Alif di belakang.
1,5km lagi. Lama kelamaan mereka
bertiga mulai gak keliatan. Gue jadi sering berhenti gara-gara berat tas yang
gak seimbang sama berat badan gue. Di situ titik terberat dalam pendakian ini,
gue mulai sensitive, gak bisa di ajak bercanda dan mulai marah-marah. Hari
muali terang dan matahari mulai menunjukan cahayanya. Gue sama Alif berhenti,
berhubung gue muslim, gue mutusin buat sholat subuh di batu yang besar banget.
setelah sholat kita berbaring bentar dan jalan lagi. Gue sama Alif jalan bareng
Cuma berdua kayak homoan di mall, sumpah gue masih normal. Jalan mulai
sangat-sangat curam dan harus merangkak kayak bayi. Kita merangkak imjut
banget, tau bayi umur 5 bulan gak? Nah, kayak gitu itu muka gue, bayangin!.
Sesekali berhenti dan menoleh kebelakang, gak rugi gue jalan berkilo-kilo
belakang gue ada lukisan alam terindah yang gue liat. Setelah merangkak dengan
unyu gak tau berapa lama lagi, akhirnya!.
07:00 WIB. Gue sampek puncak!
Hahaha, di atas gue liat Dian, Dini, Zulfin masak nasi, indomei, sarden dan
kopi, sumpah itu salah satu pemandangan yang indah juga menurut gue. Gue sama
Alif datang di sambut dengan makanan, surga!
Dan ini bukti gue sampek puncak!
Dan masalah apa hubungannya sama
judul 0,5cm tadi, jangan di bahas, kan dari awal gue uda bilang, gue juga gak
tau.
sam -_- keliatan 4l4inya, sumpah
ReplyDeletebut ☺ keren kok
awal baca exited gtu.. ech, akhir" bikin sebel --"
ReplyDeletehahahahah
ReplyDelete